Melihat Calon Bidadariku


Selama proses menuju pernikahan, baru kemarin aku melihat calon istriku. Memang sudah disarankan oleh Rasulullah untuk melihat calon istri. Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan Muslim, Abu Hurairah r.a. mengatakan, “Aku berada di sisi Nabi SAW ketika datang seseorang yang mengabarkan bahwa dia akan menikahi seorang wanita dari kalangan Anshar. Rasulullah berkata, ”Apakah engkau telah melihat wanita yang engkau nikahi?” Dia mengatakan,”Belum”. Maka Rasuullah mengatakan, ”Pergilah engkau dan lihat wanita yang akan engkau nikahi, karena pada mata orang-orang Anshar ada sesuatu”.

Ada juga hadits yang diriwayatkan Abu Dawud bahwa Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Ketika seorang meminang perempuan, jika memungkinkan, hendaknya ia memandang perempuan itu untuk melihat sesuatu yang dapat memotivasi dirinya untuk menikah dengannya”. Jabir berkata, “Ketika aku ingin meminang seorang perempuan dari bani Salmah, aku bersembunyi mengendap-endap untuk dapat melihatnya, sehingga aku menemukan sesuatu yang memotivasiku untuk menikahinya.

(Aku menghela nafas panjang) Hhhhheeehh….rupanya jantung ini serasa lepas dari tempatnya. Ini bukan hiperbolis loh. Cuma melukiskan biar sedikit dramatis gitu. Aku benar-benar ga punya nyali untuk melihatnya scara langsung. Bahkan malah kikuk ga karuan. Ketika bicara padanya aku hanya bisa melempar pandangan ke arah kakaknya. Ga punya nyali aku. Malu. Benar-benar malu menatapnya saat itu. Walau hanya sekilas. Malu banget. (Malu kok cerita-cerita di blog)…[biarin, wong malunya sama calon istri kok, bukan sama pembaca blog]

Setengah bego aku mengetik SMS ba’da shubuh tadi pagi (setelh kemarin sore kaya orang liglung) di Masjid Nur Al-Askar. “Assalamu’alaikum wrwb. Ukhti, ana ada permintaan ke anti. Nanti pas akad, ana harap anti tidak duduk disamping, dibelakang ato disekitar ana yang memungkinkan ana bisa melihat anti. Terserah anti mau ada dimana yang penting ana ga melihat anti sebelum ijab qabul. Pengalaman kemarin, ternyata ana tidak punya cukup hati untuk melihat anti. Khawatir kalo sebelum jab qabul ana melihat anti, malah grogi, deg-degan, bisa mati kata ana ntar. Ya usahakan ana baru bisa melihat anti setelah ijab qabul aja deh. Beda rasanya melihat foto anti & melihat anti secara langsung. Jazakillah”. Tu SMS yg begono panjangnyo lantas aku send ke calon istriku.

Tuh kan keliatan groginya. Waduh…semoga nanti saat ijab qabul tidak segrogi saat melihatnya….Ya Allah, gimme composure when I get married. Amin.

Catatan:

Ana = aku

Anti = kamu (perempuan)

Referensi : Fiqih Sunnah, karya Sayyid Sabiq

3 tanggapan untuk “Melihat Calon Bidadariku”

  1. saya juga sepertinya akan segrogi itu beberapa tahun nanti..

  2. Assalamualaiku,
    hmmmm… semoga setelah menikah jadi lebih baik, jadi lebih bisa mengontrol diri untuk tidak bercerita hal-hal yang sungguh lebih baik diam.
    kasihan psikis istri klu tetap seperti bujangan dulu, tapi klu si istri tetap fine2 saja tatkala suami bercerita serunya kehidupan pasca pernikahan yaaaaa monggo, tinggal punya malu atau tidak.
    by the way apakah calon istri ketika tahu tulisan2 ini tidak protes? tidak risih? semoga istri anda risih.

  3. @rani
    istri saya tidak risih. karena istri saya tahu benar apa niat saya menulis kisah pernikahan di blog ini.

Tinggalkan Balasan ke a3u5z1i Batalkan balasan