Panic buying apa tanggal muda?


Beras dan minyak di swalayan TipTop Selasa malam, 3 Maret 2020

Foto ini saya ambil dari TipTop semalam. Pasti tidak memenuhi sampling yang cukup untuk mengeneralisasi kondisi. Namun dua barang, beras dan minyak, menurut saya cukup mewakili sembako (efek lapar teknik sampling). Selain itu, gula juga habis semalam di supermarket langganan saya itu.

Sejak viral dua hari lalu tentang virus corona di Depok, berita di medsos banyak menyinggung panic buying, perilaku masyarakat untuk membeli barang-barang pokok sebanyak-banyaknya karena panik sebagai respon atas kondisi yang terjadi. Barang yang terlihat jelas langsung meroket adalah masker. Di pasar online kabarnya satu boks masker isi 50 menyentuh harga Rp300.000, padahal biasanya cukup Rp50.000. Mengingat harga masker mahal itu, pagi ini saya melihat dari sepuluh ibu-ibu penumpang KRL di depan saya hanya satu orang yang tidak memakai masker. Sedangkan dari sepuluh bapak-bapak disekitar saya ada empat orang yang tidak memakai masker. Saya sendiri pagi ini juga memakai masker, kemarin diberi bu Astilda. Terima kasih ya bu.

Efek lanjutan setelah masker kabarnya barang-barang kebutuhan pokok lainnya juga turut diborong. Panic buying katanya koran elektronik. Apakah fenomena yang saya temukan semalam di TipTop merupakan bentuk panic buying? Jujur memang selama belanja di TipTop saya jarang mendapati fenomena seperti semalam.

Namun demikian, fenomena semalam tentu tidak bisa serta merta menjadi simpulan tak matang bahwa terjadi panic buying. Bisa jadi karena ada alasan lain, terutama saat tanggal muda baru menerima gaji. Tanggal muda perlu diperlimbangkan juga sebagai kejadian siklis yang memicu perilaku orang untum meningkatkan konsumsi.

Jadi fenomena semalam itu bentuk panic buying atau tanggal muda? Untuk memastikannya, perlu prosedur analitis dengan melihat buku besar persediaan TipTop. Selanjutnya dari buku besar tersebut dilihat trend inventory turn over-nya. Perlu dibuat grafik penjualan harian, dan diperbandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Tidak harus seluruh jenis persediaan, cukup diambil sampel purposif yang relevan, seperti beras, minyak, gula, sabun, dan hand sanitzer. Jangan lupa pula melihat arus barang dengan melihat kebijakan akuntansi persediaan supermarket. Apakah menggunakan economic order quantity, just in time, atau kah metode lain? Harus dipertimbangkan pula bahwa TipTop adalah supermarket yang bergerak pada bidang perdagangan ritel. Jadi jangan mengharapkan ada akun work in process atau raw materials di persediaan entitas.

Nah, sudah ya, karena sudah Stasiun Karet, celotehan ini harus dihentikan. Intinya jangan terburu-buru menyimpulkan apalagi jika tidak cukup data untuk menyimpulkan. Kalau pun itu proyeksi atau persepsi pribadi, lebih baik untuk pengambilan keputusan pribadi saja. Demikian juga kalau mau menyimpulkan pencapaian RPJMN dan SDGs, jangan sampai dianggap hasty generalization. (Malah melebar kemana-mana)

*Tetap semangat, jangan lupa bahagia

Tinggalkan komentar