Beginilah Tuhan Menghadirkan Cinta


II.B.1 di puncak gede

“Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta mungkin engkau adalah salah satunya” begitulah Fatin Sidqia Lubis menyanyikan bait awal lagu kemenangannya. Sayangnya aku tidak begitu suka dengan substansi lagunya yang mengungkapkan perasaan kasih tak sampai. Namun, aku harus jujur lagu itu bisa mengalirkan kesenduan emosi. Melalui lantunan lagu itu pula, aku menulis sepenggal fragmen cinta dalam hidup ini.

***

Saya masih ingat pada Juni 2010 lalu seorang laki-laki membawa foto kopi nota dinas kemana-mana. Alhamdulillah Allah mempertemukanku dengannya hingga dia menjadi mentor pertamaku di BPK yang membimbingku dan memfasilitasi pikiran-pikiran yang hilir mudik meletup-letup di kepalaku. Dia melindungiku saat idealisme anak muda tak mampu menembus tantangan birokrasi. Dia juga memaksaku menangis di sebuah ruangan salah satu kantor di kompleks kalibata saat aku menulis dalam pada secarik kertas “apakah kamu akan melakukannya jika kamu tidak dalam posisi itu? (Muhammad SAW)”. Dia memotivasiku dalam petualangan-petualangan akademis. Dia bahkan banyak membantu dalam kehidupan pribadiku. Yullyan. Begini lah Tuhan menghadirkan cinta.

Kembali pada cerita awal Juni 2010, Mas Yullyan membawa foto kopian nota dinas Pak Syafri kemana-mana karena di nota dinas itu tertulis “Agas Sdr. Wirawan ditempatkan bersama Pak Yullyan”. Nota dinas itu pula yang menjadi awal kehadiran fragmen cinta lainnya dalam hidupku. Sayang, mas Yullyan memutuskan untuk tidak melanjutkan karier di BPK. Tapi aku masih ingat, dan sangat ingat pernyataannya “Suatu saat aku akan kembali ke BPK”.

Ditinggalkan seorang mentor di kantor dan aku harus membacakan doa perpisahan untuknya. Aku tak bisa mengelak ketika kelu di lidah mengucapkan doa rabithah “Allahumma innaka ta’lamu anna hadzihil qulub, qadijtama-at ‘alaa mahabbatik”, Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa sesungguhnya hati-hati kami ini, telah berkumpul karena cinta-Mu. Bahkan tak kuasa air mata ini menetes ketika harus melafalkan “Fa watsiqillahumma rabithataha, wa adim wuddaha”, Maka ya Allah, kuatkanlah ikatannya, dan kekalkanlah cintanya. Beginilah Tuhan menghadirkan cinta.

Sejak saat itu, aku selalu diminta untuk memimpin doa perpisahan. Perpisahan dengan kawan-kawan yang sangat berarti bagiku. Mbak Iffani, Mbak Riri, Nobita, Ibas, Alvin, aku pun harus membacakan doa penuh cinta itu dalam perpisahan mereka. Dan sejak saat itu pula aku menjalani fragmen cinta di unit II.B.1 “The Heart of BPK”, jika unit itu tidak ada maka tidak ada BPK. Aku sadar dengan betapa penting berada di II.B.1. Namun, lebih terasa cintanya bukan karena pentingnya unit II.B.1, tapi orang-orangnya yang luar biasa. Aku ingin membagi cerita cinta itu, tentu dengan sependek ingatan dan sebatas perasaanku saja. Beginilah Tuhan menghadirkan cinta.

Pertama, aku ingin cerita tentang Mbak Inne (Mbak Inne, mohon maaf, entah kenapa susah sekali memanggil dengan panggilan ‘Bu’ padahal Mbak Inne adalah atasanku. Apakah begini Tuhan menghadirkan cinta?). Seorang atasan yang aku sangat respek dan kagum. Aku memberi nilai integritas tertinggi dalam survey kepemimpinan BPK. Hanya satu pejabat di BPK yang aku tahu tidak berjabat tangan dengan bukan muhrim, dialah Mbak Inne. Menteri Keuangan, Anggota BPK, Ketua BPK, apalagi cuma Eselon I tidak berani berjabat tangan dengannya. Aku berharap banyak pimpinan-pimpinan di BPK, bahkan di negeri ini, agar seperti Mbak Inne. Tugas ya tugas, prinsip ya prinsip, begitu tinggi keistiqomahannya dan tanggung jawabnya untuk mengemban keduanya dengan pemisahan yang jelas. Keberadaanya membuat tenang staf-nya bekerja. Setelah tiga tahun bekerja bersama Mbak Inne, Mbak Inne dimutasi. Namun, kami masih sempat bekerja sama untuk amanah yang menjadikan II.B.1 “The Heart of BPK” yaitu Pemeriksaan LKPP. Belum juga selesai pemeriksaan LKPP TA 2012, ada berita membuatku mengingat betapa penting Mbak Inne dalam menghiasi salah satu episode kehidupanku. Beginilah Tuhan menghadirkan cinta.

Pak Rusdi, saya perlu memperkenalkan bahwa beliau adalah mentor keduaku di kantor. Saat aku menulis cerita ini, ini adalah tahun ketiga berturut-turut aku bekerja satu tim dengan Pak Rusdi. Beliau telah mempertajam analisisku terhadap suatu permasalahan. Beliau juga yang mengasah kemampuan menulisku menjadi lebih baik. Aku sering curhat ke Pak Rusdi, demikian pula beliau. Kami sering menghadapi tantangan-tantangan birokrasi yang tidak mudah. Mungkin karena cinta yang menyatukan persepsi kami, kami mampu menghadapi tantangan itu. Beginilah Tuhan menghadirkan cinta.

Pak Pran. Bukan sekedar faktor geografis (karena beliau dari Tulungagung) yang mendekatkan kami. Banyak hal yang menghadirkan fragmen cinta dalam hubunganku dengan Pak Pran. Benar kata Imam Al Ghazali bahwa jika kamu ingin mengetahui watak seseorang maka ajaklah dia bepergian jauh. Sudah dua kali keluarga kami camping bersama. Inilah yang mendekatkan keluarga kami. Kedekatan ini pun terbawa di ruang kerja. Kami sering berlama-lama diskusi berbagai pemasalahan bukan hanya pemeriksaan, tentang filsafat, fiqih, bahkan sampai pustun (ups..). Ketika sesi makan siang juga kelihatan kemiripan selera masakan kami. Trancam misalnya, beeuuh…sama-sama lahap lah. Pernah suatu ketika tidak ada yang menyentuk suatu menu makan siang, ternyata yang makan menu itu hanya kami berdua. Menu itu adalah kulupan kenikir. Hanya memang bedanya Pak Pran sudah lebih go international. Beliau sudah biasa makan ikan salmon mentah, tapi kalau aku dikasih ikan mentah langsung telan tidak dikunyah karena rasanya aneh (maklum ndeso). Beginilah Tuhan menghadirkan cinta.

Mbak Dina. Nah ini dedengkotnya II.B.1, pokoknya ga ada lo ga rame. Banyak yang aku pelajari dari seseorang tempat curhatnya II.B.1-ers. Seorang pecinta alam yang kemudian memilih setia kepada suaminya dan meninggalkan keindahan liku-liku dan puncak Merbabu. Tapi awal tahun 2012 Mbak Dina meninggalkan II.B.1 secara dhohir, tapi tidak secara batin. Bahkan karena dedikasinya Mbak Dina kembali bergabung dengan pasukan II.B.1 sebagai bantuan perang. Ini merupakan kebahagiaan tersendiri apalagi saat berkelakar seputar edamame jawa (alias kedelai rebus). Khusus untuk Mbak Dina dan segala kesabarannya yang luar biasa, aku hanya bisa mendoakan “Robbana hablahaa min ladunka dzurriyatan thoyyibah, innaka sami’ud dua” (Doa dari Surat Ali Imran ayat 38 dengan sedikit perubahan). Inilah cinta. Ini adalah doa seorang pecinta yang Tuhan pasti akan mengabulkan. Doa yang sering terucap walaupun yang didoakan tidak tahu  bahwa ucapan itu keluar dari mulut dan terbersit dalam hati pendoanya. Aku belajar banyak dari kesabaran Mbak Dina. Beginilah Tuhan menghadirkan cinta.

Mbak Iffani.  “Aku kira Wipy itu alim, pendiam…wee ternyata kempling juga”. Begitu kira-kira respon Mbak Fani saat next song pertama. Gini-gini juga bisa campursari-an kali. Mbak Fani ini orang yang paling jago membuat KKP di II.B.1. KKP Mbak Fani sudah menjadi benchmark dikalangan II.B.1-er. Bahkan menurut cerita salah satu oknum yang dulu tidak bisa membuat KKP (inisialnya ‘M’), Mbak Fani dengan sukarela membuatkan KKP si oknum dengan cara mewawancarai si oknum maksud KKP-nya apa. Sayangnya pemandu KKP ini harus meninggalkan II.B.1 ke Medan.

Nobita. Partner naik taksi ke Stasiun Sudirman ini menyusul Mbak Fani ke Medan. Konon kabar sejarah II.B1 mencatat Nobita adalah murid Mbak Fani yang sukses dalam hal per-KKP-an. Semenjak perpindahan Nobita, aku belum punya benchmark KKP sebagus guru dan murid itu. Karena perpindahan Nobita pula kemudian aku  menggantikan posisinya. Untuk Nobita, semoga pangeran berkuda putih segera menemukanmu. Nobita pasti akan mendapatkan cinta itu selama selalu terbersit pada malam-malamnya agar Tuhan menghadirkan cinta.

Ikromi. Dia termasuk teman kantor pertama yang menemaniku naik gunung bersama Faujar. Dia pula partner instruktur di Pusdiklat. Diskusi kami seringkali menjadi pemantik diskusi di ruangan, misalnya tukar pemikiran mengenai logika SBSN mirip dengan nikah siri. Begitu pula diskusi-diskusi berat yang dia selalu berhasil memerankan diri sebagai auditee. Tapi justru dengan saling menguji seperti itu analisis kami menjadi lebih tajam. Beginilah Tuhan menghadirkan cinta.

Moses. Suatu saat orang kaya, sebut saja namanya Ikromi, ngidam gohyong tapi dia tidak tahu kemana harus membelinya. Moses lantas menunjukkan jalan menuju gohyong. Sebelum pemeriksaan LKPP 2012 ini aku memang belum begitu dekat dengan Moses. Namun, sejujurnya bibit-bibit cinta ini telah ada dan kebahagiaan ini membuncah saat mengetahui Tuhan telah mempertemukan kita dalam satu cinta transendental. Ana uhibbuka fillah (Ses…inilah ungkapan cinta tertinggi manusia). Beginilah Tuhan menghadirkan cinta.

Ibas. Sosok laki-laki yang paling sabar di II.B.1 itu adalah Ibas. Di-bully seperti apapun akhirnya tertawa-tertawa juga. Ibas banyak bercerita tentang perjuangan hidup. Dengan cerita-ceritanya itu, Ibas menginspirasiku menjadi manusia yang banyak bersyukur. Pernah suatu ketika kami berdua bertukar pikiran mengenai kredit rumah. Dari hasil perbincangan kami itulah berbagai keputusan hidup diambil. Lagi-lagi, ketika Ibas harus meninggalkan II.B.1 aku harus memimpin doa perpisahan. Senang, syukur, sedih dan perasan lain campur aduk tak jelas saat mengucapkan selamat jalan dan memeluknya. Beginilah Tuhan menghadirkan cinta.

Alvin. Kedekatan kami dimulai saat belajar bersama ACL untuk TABK KPPN di rumahnya yang supermewah. Lebih lanjut, kami dapat bonus tiket nonton langsung Piala AFF Indonesia vs Malaysia di Gelora Bung Karno dari Pak Syafri. Hal yang seru lagi adalah diskusi mengenai seluk beluk pernikahan dan hubungan suami istri secara islami. Cerita cinta II.B.1 bersama Alvin harus diakhiri setelah dia memutuskan meninggalkan BPK. Cerita cinta yang datang dan pergi. Beginilah Tuhan menghadirkan cinta.

Cio. II.B.1-er ini sepulang dari Aussie langsung memberi warna di ruangan. Diskusi ringan, berat, kacau, cela-celaan, yang jenggotan lah, akar serabut lah, kurus kurang makan lah, menghiasi hari-hari yang mengisahkan ceritaku. Cio…aku sudah capek ngetik. Jadi cerita kita tidak aku tulis disini. Lagipula tulisan ini hanya spontanitas ketika memori sebulan ke depan yang harus meninggalkan II.B.1 muncul diantara revisian restrukturisasi utang.

Ada banyak cerita cinta dengan II.B.1-ers Mbak Ita, Orintan, Mbak Very, Pak Wirya (allahuyarhum), Mbak Riri, Ditta, Mbak Ziah, Pak-e Bagyo (Master LKPP), Faujar, Cokina AMM, Mbak Mach, Bu Erni, Mbak Delia, Mas Arief, Sarif, Aulia, Mas Rozaq, Ali, Mbak Rita, Rian, Tata, dan Alwanti. Setiap berinteraksi dengan mereka selalu ada tebaran cinta dalam fragmen hidupku. Tapi aku tak kuasa mengisahkan semua. Satu yang pasti, cerita cinta diantara kita telah menggoreskan tinta sejarah dalam kehidupanku. Aku mencintai kalian semua.

Sebenarnya cerita cinta itu mengalun detik demi detik saat aku menjalani kehidupan ini. Hanya sering kali aku lupa mensyukurinya. Padahal perpisahan dengan orang-orang yang memberiku cerita cinta ini selalu memberikan kesan dan peringatan. Aku harus semakin memahami bahwa cinta seseorang akan mencapai titik tertinggi maknanya ketika aku dan orang itu bertemu episode yang berjudul perpisahan. Sering aku merasakan keberartian orang-orang di sekitarku dengan perasaan mendalam saat bertemu dengan perpisahan. Aku pernah bekerja dalam suatu tim, tapi saat aku meninggalkan tim itu rasanya tidak seperti meninggalkan tim II.B.1. Tim II.B.1 ini mengajarkan aku betapapun berat amanah dan tantangan yang harus dihadapi, selama cerita cinta menghiasi hati-hati personilnya maka semuanya akan terasa ringan dan indah. Beginilah Tuhan menghadirkan cinta.

Bila akhirnya harus kuakhiri sebelum cintaku semakin dalam, maafkan diriku dengan sepenuh cinta.

#sepenggal fragmen setelah mendapatkan SK Nomor 178/K/X-X.3/05/2013. Terkhusus pak Rusdi, saya segera selesaikan LHP-nya pak. Tentu dengan sepenuh cinta.

Satu tanggapan untuk “Beginilah Tuhan Menghadirkan Cinta”

  1. SK Nomor 178/K/X-X.3/05/2013 kui opo Wip?

Tinggalkan komentar